popular post

Jumat, 24 Februari 2012

Menulis: Bukan Kegiatan Biasa



Menulislah…
Selama engkau tidak menulis, 
Engkau akan hilang dari dalam masyarakat dan dari pusaran sejarah
(Pramoedya Ananta Toer, Rumah Kaca)
Siapa di antara YEP!ers yang pernah membuat tulisan? Artikel? Cerpen? Opini? Tulisan apapun. Bahkan minimal Catatan harian di diary? Atau menulis puisi untuk kekasih hati? Kalau jawabannya pernah, selamat! kamu termasuk orang yang tidak akan hilang dari pusaran sejarah. Minimal dalam pusaran sejarah dirimu sendiri.
Siklus hidup yang kita alami terkesan dalam garis stagnan yaitu: lahir, sekolah, bekerja, menikah, memiliki anak, dan kemudian mati. Pada kenyataannya, hidup yang kita jalani tidak selurus garis dalam penggaris. Ada naik dan turun. Ada melompat kegirangan atau juga menangis dalam balutan kesedihan yang mendalam. Ada warna merah namun juga ada biru. Ada putih, abu-abu atau hitam. Warna kehidupan. Semua itu merupakan episode hidup yang sayang bila dilewati tanpa diabadikan melalui tulisan. Menulis secara tidak langsung memang mengabadikan catatan pemikiran, momen hidup, dan ide-ide yang selama ini menari-nari dalam benak kita. Dengan menuliskannya, berarti kita tidak hanya mengukir hal-hal itu dalam pikiran dan hati saja. Yang bisa dengan mudah lepas dalam memori kita. Dengan menuliskannya, akan membuat hal itu menjadi berbeda.  
Saya sering mengompori teman saya untuk menulis. Bukan ingin dibagi jatah royalti atau honor, tetapi lebih kepada saya ingin memberitahukan mereka bahwa menulis bukan sekedar kegiatan biasa. Ada makna luar biasa di dalamnya. Makna yang akan berbunyi bila kita paham betul mengenai itu semua.
Mengapa kita Harus menulis?
Banyak orang berkata saya tidak bisa menulis. Saya lebih suka berbicara langsung dibandingkan dengan membuat tulisan. Hey! Tulisan dan ungkapan dalam bentuk lisan adalah dua hal yang melekat dan tidak bisa dipisahkan. Keduanya merupakan entitas yang bersifat komplementer bukan subtitusi. Dua-duanya saling membutuhkan dan menguntungkan. Mari YEP!ers ini ada lah beberapa alasan mengapa kita harus menulis.
Menulis membuatmu semakin Cerdas
Bagaimana tidak? Menulis dan membaca adalah kegiatan satu paket. Bila kamu ingin bisa membuat tulisan yang bagus maka kamu juga harus rajin membaca banyak buku. Ibarat bernafas. Membaca adalah menghirup nafas dan menulis adalah mengeluarkan nafas. Keduanya harus seimbang. Bila kamu rajin membaca tanpa menulis maka akan terasa hambar karena tidak ada proses pengartikulasian dari hasil elaborasi pemikiran sang pembuat buku dan pemikiran dirimu sendiri. Begitu juga bila kamu ingin menulis tanpa diberi asupan bacaan maka kamu akan mengalami writer’s block ataupun bila lancar, tulisanmu tidak akan kaya. Proses pemikiran yang bersifat dialektis itu akan membuatmu menjadi semakin cerdas.
Tulisan sarana berbagi inspirasi
Pernahkah merasa tercerahkan ketika membaca sebuah buku? Pernahkah kamu merasa begitu bersemangat saat membaca lembar demi lembar buku dalam genggamanmu? Atau pernahkah kamu merasa bahwa kamu mengalami turning point dalam hidupmu yang membuatmu merasa berada di titik nadir dan kamu begitu terseok-seok untuk bangkit berdiri dan akhirnya sekarang berada di posisi puncak? Inilah yang saya sebut tulisan merupakan sarana berbagi inspirasi. Ketika seseorang membaca tulisan kamu dan merasa seperti mendapatkan enlightment, itu berarti tulisan yang kamu buat telah menjadi inspirasi.
Begitu juga ketika kamu mengalami momen hebat dalam hidupmu yang membuatmu jatuh terpuruk dalam lembah yang sangat dalam dan berusaha dengan sekuat tenaga bangkit dari keterpurukan itu dan akhirnya berhasil. Cerita itu merupakan sesuatu yang luar biasa bila dibagi dengan orang lain. Memang, hal itu bisa kamu ceritakan melalui lisan di setiap seminar. Namun seberapa jauh jangkauan yang akan kamu rengkuh bila hanya melalui lisan? Bayangkan bila cerita itu kamu tulis dalam sebuah blog atau sebuah buku. Dia akan menyebar seperti bola salju yang berputar. Terus membesar dan membesar.
Tulisan yang mampu menginspirasi akan menjadi buah kebaikan yang tidak akan putus. Semakin banyak yang terinspirasi. Semakin banyak yang melakukan kebaikan atas tulisanmu maka semakin subur pohon kebaikanmu. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk banyak orang, bukan?
Tulisan adalah media transfer knowledge abadi
Saya teringat dengan perkataan salah satu penulis favorit saya mba Asma Nadia. Mba Asma pernah berkata bahwa usia tiada pernah diketahui sampai di mana. Namun ketika kita dijemput oleh sang pencipta terlalu cepat, kita masih bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang kita sayangi seperti adik, teman, anak dan lain-lain hingga akhir hayat. Bagaimana caranya? Tentu dengan melalui tulisan.
Melalui tulisan kita bisa memberikan nasehat pada adik kita bagaimana cara menghadapi ini dan itu. Bagaimana menjalani hidup, dan apa yang harus dilakukan bila menghadapi ini. Semua itu bisa diberikan pada mereka bahkan saat kita sudah tidak ada di dunia ini lagi. Terdengar miris, namun memang tulisan bisa menjadi transfer knowldege abadi.
Masih banyak alasan mengapa harus menulis yang tentu saja akan panjang bila semua dituliskan di sini. Sebagai pemuda yang tentu saja tidak mau menjadi pemuda biasa, sejatinya harus melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak biasa. Kegiatan yang bukan hanya bermanfaat untuk diri sendiri tapi juga menyebarkan manfaat untuk orang lain. Menulis termasuk dalam kegiatan itu. Nah YEP!ers, masih ragu dan enggan untuk menulis? Silakan bila kamu mau dirimu hanya jadi titik dari banyak bulatan yang ada di dunia ini. Titik yang akan hilang tanpa pernah diketahui bahwa titik itu pernah ada di selembar kertas penuh bulatan besar lainnya. Tanpa dikenali.
tulisan bisa dilihat di web YouthEmPowering! YEP!

Woro-woro buku Lost in Korea

LOST IN KOREA;PANDUAN KOMPLET TRAVELING IRIT KE KOREA
AVAILABLE IN BOOK STORE ON 6 DECEMBER 2011 Rp. 63.000 

Suka film Full House, Coffee Prince, Jewel in the Palace, dan Winter Sonata? Ngefans berat sama Yeun Eun Hye, Kim Bum, Lee Min Ho, Rain, dan Super Junior? Potongan rambut dan gaya berpakaianmu seperti artis-artis Korea? Berarti kamu terkena Hallyu Wave Attack. Jangan cuma mengagumi panorama alam dan artis-artisnya, tapi, yuk, datangi langsung negaranya! 

Ya! Korea dengan sejuta pesonanya memang sangat menggoda untuk didatangi. Gunung Soeraksan yang indah di musim semi dan dingin, Pulau Jeju dan Nami yang romantis, hanbok dan hanok yang unik, belum lagi kimchi, bibimbap, dan samyegtang yang menggoda untuk dinikmati. Namun, traveling ke Korea sering diidentikkan dengan kata Mahal! Selain mahal, kendala lain adalah bahasa, makanan halal, dan akses beribadah.
Benarkah begitu?

Lost in Korea menjawab kekhawatiran-kekhawatiran itu. Lost in Korea adalah panduan lengkap bagi traveler yang ingin menjelajah Korea dalam hal menyusun itinerary sesuai lama perjalanan yang diinginkan, membuat paspor serta visa Korea, meminimalisasi pos-pos pengeluaran dengan cerdas, dan menemukan makanan halal serta murah di Korea. Tak ketinggalan cerita perjalanan yang seru dan asyik di Korea, tips dan trik memilih baju selama musim dingin, serta kamus percakapan bahasa Korea, lengkap dengan huruf Hangeul.
Buku ini juga dilengkapi komik, lho! Jadi makin pengin segera berlibur di negeri ginseng, kan? :D








"Bicara tentang Korea itu bicara tetang keunikan salah satu negara Asia Timur. Bicara tentang Korea itu bicara tentang negara yang cukup lengkap dalam hal teknologi, modernitas, serta sosial dan budaya. Untuk memperkaya khazanah pengalaman, Korea wajib dijelajahi. Buku ini akan membawa Anda mengarungi Korea Selatan, lengkap dengan pernak- perniknya. Setelah membacanya, Anda wajib datang serta melihat sendiri Korea. With this book, you will never lost in Korea!”
—Dony Widojoko
Senior Manager Japan, Korea and China Sales Garuda Indonesia Cabang Jakarta

Sebagai penggila K-Pop yang suka trevelling, Korea memang destinasi liburan impian saya. Karenanya senang banget ada buku yang bisa membantu saya untuk bisa Lost In Korea. Buku ini sungguh informatif, lengkap, praktis, ringan, dan menyenangkan. Rasanya seperti punya tour guide yang bisa dikantongin. 
--Indra Herlambang. Penulis Kicau Kacau, presenter, dan pecinta 2NE1.

Lost in Korea, sebuah panduan yang terbilang komplet untuk traveler yang ingin mengunjungi Korea Selatan. Dilengkapi dengan informasi berbagai macam kereta, bus, dan bagaimana cara berhemat dari sisi akomodasi dan konsumsi, buku ini akan mempermudah perjalanan pembaca. Kebudayaan Korea yang unik, makanannya yang khas, bintang-bintang filmnya yang terkenal di Indonesia, membuat traveler Indonesia penasaran akan Korea, dan panduan ini sangat membantu memenuhi rasa ingin tahu pembaca. Menggunakan bahasa lincah khas anak muda membuat buku ini menarik dan mudah dipahami remaja.
--Elok Dyah Messwati, penulis buku "Backpacking Hemat ke Australia" dan "Mimpi Eropa"

Bagi sebagian orang traveling identik dengan mengeluarkan budget yang besar terutama pada saat kita akan traveling ke negara negara yang biaya hidupnya tinggi. Hal ini membuat banyak orang mengurungkan niatnya untuk melakukan traveling. Padahal tidaklah demikian bila kita tahu cara menyiasatinya dengan lebih mengenal seluk beluk negara tersebut. Buku "Lost in Korea" ini bisa menjadi referensi yang tepat dan menarik bagi siapa saja yang ingin melakukan traveling dengan asyik tanpa khawatir akan menguras semua tabungannya. Dengan mengikuti petualangan Cayi dan Gelbo kita bisa merasakan benar benar menjadi traveler sejati! jadi jangan ragu lagi untuk mengikuti jejak mereka berdua di “Lost in Korea”.
--Diah Wiratmi - Senior Public Relations Garuda Indonesia


“Be a traveler in Ginseng Country? Why Not? Cayi dan Gelbo berhasil merangkum perjalanan mereka berkeliling Korea dengan gamblang. Cerita penuh suka duka ini bisa jadi panduan travel suka-suka bagi kamu yang kepengin menjelajah Korea.So' don't forget to bring this book in your backpack Be a Smart Traveler or You Will LOST IN KOREA!” 
—Elvira F. Tanjung 
Penulis Annyeong KOREA, Presiden PERPIKA (Perhimpunan Pelajar Indonesia di Korea Selatan) Periode 2010/2011


" A well done illustrated traveling book about a great adventure! Super detailed, fun and easy to love!”
—Faradhita Maisara
Writer’s Daegu Compass Magazine 2011

Smart Book!! Buku praktis yang wajib dimiliki bagi kamu yang mau mengeksplor dan menikmati keindahan Korea sesungguhnya. :)
---Budi Arlius Putra, S.Sn, S.T, M.T Ars., IAI.
Ph.D Candidate,
Department of Architecture, Graduate School of Engineering,
Seoul National University (SNU), South Korea,